Senin, 04 Juni 2012

"Welcome to "Bala - Bala" Corp."

Suatu pagi di hari Minggu, saya dan segerombolan teman seperjuangan, sehabis jogging di Universitas Indonesia. Dengan terengah-engah kami bergantian meneguk sebotol besar. Walau tidak benar-benar pulih dari rasa haus, tapi kami tetap merasakan kesegaran duniawi bersama. Namun itu tak berlangsung lama. Perut kami mengerucuk. Memekik tak terhingga. Kami laparr !! Untunglah dari kami berempat ada yang punya uang. Ya, 5000 perak. Rasanya cukup buat beli 10 gorengan, lalu dibagi rata (1 : 2,5 ?? wtf). Kami pun berdiri dan menyerbu tugor (tukang gorengan) di salah satu kawasan di universitas paling elite di Indonesia ini.

Segera kami interogasi tugor itu, "Bang, berapaan atunya?", tugornya menjawab, "2000an dek, risol 3000.. mau bungkus berapa?", Kami serempak menjawab dalam hati, "What the hell???? Mahal pisann euyyy, mana kecil2, uwahh goceng dapet berapeee???". Setelah berunding bersama, satu persatu dari kami mengendap-endap meninggalkan tugor tersebut. Uwahh, rasanya terbebas dari tekanan batin dari seorang tugor. Tak apalah tidak jadi magor (makan gorengan), yang penting bebas dari beban mental itu.

Tapi perut kami sudah tak dapat berkompromi lagi. Segera, dengan sisa bensin terakhir, kami menggeber motor kami menuju tukang gorengan yang murah (mudah2an ga murahan). Berhenti lah kami di salah satu gerobak. Dan bertanyalah saya pada sang tugor yang dari logatnya jamet (jawa metal) banget. "Piroan mas'e??" tanya saya (kebetulan TOEFL bahasa jawa saya diatas rata-rata, mudah2an jadi bahan pertimbangan sang tukang gorengan untuk ngasih diskon buat kami). Sang tugor menjawab, "Mangatusan, bungkus piro le?"(Lima ratusan, bungkus berapa dek?), lalu saya menjawab, "Tuku mangewu ae mas'e, lek iso luwihi thitik yoo,, hehe" (Beli lima ribu ajah masnya, kalo bisa dilebihin dikit ya, hehe). Ia menjawab, "Wes tala, tenang ae le .." (Yaudah tenang aja dek).

Benar, sesuai janjinya, Ia pun melebihkan jumlah gorengan yang seharusnya 10, menjadi 13. Jumlah yang terlihat sedikit, namun begitu berarti buat kami yang sekarat. Saya pun berkata padanya, "Matur nuwun saged mas'e" (Terima kasih banyak masnya). "Sami-sami le" (Sama-sama dek), balasnya. Tak sampai 1 menit, gorengan-gorengan tersebut kami libas dengan rakus (tapi tetep baca doa dulu lho..). Alhamdulillah lumayan keganjel juga perut2 malang kami. Gorengannya juga lumayan enak. Tapi satu masalah kembali muncul. YA!! Kami serettt!! (Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Seret = Kerongkongan dimasuki makanan kering, dan tidak dialiri air, kering sangat). Untunglah nyawa kami masih bisa diselamatkan. Sang tukang goreng dengan wajah ramahnya menjelma menjadi seorang  malaikat, dan memberikan kami segelas air lalu menyodorkan sejerigen air kalau mau tambah. Alhamdulillah Wasyukurillah.

Akhirnya terjadi perbincangan yang akrab antara kami berempat dengan sang tugor mulia itu. Ia menceritakan suka dukanya bertahan sebagai tukang gorengan. Di tengah maraknya berbagai gorengan elit, dia masih bertahan dengan gerobak rentanya. Itu bukan masalah baginya. Persaingan bisnis sudah biasa. Namun yang menyesakkan hatinya adalah bahwa semakin merajalelanya oknum pedagang gorengan yang berlaku curang demi keuntungan semata. Ya, Anda sendiri pasti tahulah macam -macam oplosan yang dicampur di adonan gorengan, yang pada dasarnya sangat berbahaya bagi kesehatan.

Berita itupun mencuat, dan mempengaruhi bisnis gorengan. Sang tugor, dengan santainya berkata, "Nggae opo koyo ngono, ora nggenah, urip iku sing opo ono' ae, Gusti Allah marangi riski sing luwih nggae uwong sing lurus.." (Buat apa seperti itu, tidak benar, hidup itu yang apa adanya ajah, Allah memberikan rezeki yang lebih untuk orang yang jujur).

Wah, perbincangan ringan yang amat mendalam maknanya. Ya! Kejujuran adalah harga mati ..!
Rasanya motivasi kami semakin kuat hati kami menjalani hidup yang indah ini. Berkaca dari obrolan kami dengan sang tugor, timbulah motivasi untuk bertindak lebih terhadap makanan kesukaan kami ini, Gorengan. Ya! GORENGAN! ('G' nya jangan diganti 'K' yahhh ..). Gorengan selalu identik dengan makanan kampungan. Dan sekarang sudah menjelma jadi beberapa makanan branded, namun terkadang dengan harga yang agak kurang bersahabat (tentunya belum dipastikan kehigienisannya).

Selang beberapa lama setelah waktu itu, entah mengapa rasanya kami selalu diarahkan ke jalan yang benar, maksudnya ke jalan perintisan kuliner tersebut. Dan semua itu berjalan dengan sendirinya. Dengan ilham alami.Ya, kami akan ikut meramaikan belantika dunia penggorengan di Indonesia!! Dengan sekilas kultum dari sang tukang goreng mulia itu bahwa dalam berusaha kita harus jujur! Ya! Kejujuran itu akan kami aplikasikan di dalam produk kami!! HIGIENIS, SEHAT, NIKMAT, "KHASS", dan HARGA BERSAHABAT... !!

Okelah kalau begitu, tanpa panjang lebar lagi saudara-saudara ....


 بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ


"Welcome to "Bala - Bala" Corp."